Agustus 26, 2008

Legenda Para SNIPER

Sniper adalah unit tempur yang menspesialisasikan penyerangan dari posisi yang tersembunyi dan dari jarak yang lebih jauh daripada unit infantri (darat) lainnya. Dibutuhkan keahlian menembak, menyamar/kamuflase, dan skill di lapangan (bertahan hidup dia alam terbuka) dari seorang sniper. Kata lain dari sniper adalah sharpshooter.

Penggunan sniper di militer diperkirakan sejak perang sipil di Amerika (American Civil War). Hingga kini, istilah sniper maupun penggunaanya berkembang, seperti di kepolisian, dan istilahya pun bertambah seperti penembak jitu, counter-sniper, penembak taktis, dll. Perkembangan di lapangannya pun sudah mengandalakan kemajuan teknologi, selain dari kemampuan si penembak itu sendiri. Kepolisian AS menggunakan sniper didalam tim SWAT.

Hingga kini, jarak tembakan terjauh yang pernah dilakukan oleh seorang sniper adalah 2.430 m oleh Kopral Rob Furlong dari Canadian Light Infantry di Afghanistan pada Maret 2002 saat ia menjalani Operasi Annaconda. Ia menggunakan senapan mesin Kaliber 50 (12.7 mm) Mc Milllan TAC-50 Bolt-action riffle. Rekor lainnya yang tercatat adalah jauh sebelumnya, yaitu pada perang Vietnam tahun 1967 oleh Sniper U.S. Marine, Carlos Hathcock dengan jarak 2.287 m dan senapannya Browning M2.

Hal yang mungkin cukup signifikan pada perkembangan sniper saat ini adalah digunakannya tandem/partner dalam satu tim sniper. Pelatihan para snipernya pun menggunakan partner yang tugasnya mengukur kelembaban udara, jarak, kecepatan angin, memperkirakan kemiringan sudut tembak, dll. Kemampuan ini tentunya tidak kalah sulitnya dengan si penembak, ia harus bisa menghitung dan mengkalkulasikan segalanya dengan secepat dan seakurat mungkin. Kerjasama dan kekompakan sangat memegang kunci dalam keberhasilan tim ini. Selain ini, yang dipelajari seoranmg sniper meliputi bagian tubuh mana di saat posisi tertentu yang menimbulkan kerugian yang paling diinginkan dalam misinya (mencederai, atau membunuh), penempatan posisi tembaknya, relokasi, dan teknik yang biasanya dilakukan oleh sniper-sniper mahir yaitu sound-masking yang menggunakan bantuan noise suppresor.

Berikut merupakan data-data sniper yang cukup melegenda karena jasa-jasanya:
1. Kolonel Patrick Ferguson, British Army

Senapan yang digunakan Kol. Patrick diakui sebagai salah satu senjata paling mematikan di perbendaharaan senjata Inggris. Selain itu, ia merupakan perancang dan pengembang senapan yang ternama di Inggris. Satu hal lagi yang membuat namanya kian tenar adalah "tembakan yang tak pernah diletuskan". Ia memposisikan dirinya untuk menembak salah seorang perwira tak dikenal di dekat Germantown, Pennsylvania. Saat perwira tersebut membalik badannya pada jarak 114 m, Kol. Patrick memutuskan untuk tidak menembaknya dari belakang, dan akhirnya kesempatannya untuk menembak perwira tersebut hilang. Perwira tersebut ternyata bernama George Washington, dan tidak bisa dibayangkan sejarah macam apa yang akan terjadi jika Kol. Patrick memutuskan untuk tetap menembaknya. Kol. Patrick tewas setelah ditembus peluru salah seorang anggota Morgan's Kentucky Riflemen pada jarak 412 m.

2. Timothy Murphy, Morgan's Kentucky Riflemen

7 Oktober 1777, Battle of Saratoga, Timothy Murphy berhasil menembak seorang Jenderal dari British Army yang bernama Simon Fraser. Jarak tembak saat itu adalah 458 m dengan menggunakan senjata Kentucky rifle yang telah diperbaharui. Kematian Jenderal Fraser mengakibatkan operasi yang dipimpinnya gagal, dan berakibat secara langsung pada perang secara keseluruhan dan kekalahan Inggris. Battle of Saratoga merupakan salah sstu titik balik dari Perang Kemerdekaan AS.

3. Kolonel Hiram Berdan, Union Army (National Army, US Civil War)

Col. Berdan merupakan perwira senior dari 1s2 and 2nd US Sharpshooter. Ia sendiri merupakan sosok yang kontroversial, dibawah bimbingannya, penembak-penembak jitu berkelas dilatih dan dilengkapi dengan kaliber 52 Sharps Rifle, dan diyakini unit Berdan menimbulkan korban paling banyak daripada unit-unit lainnya di Union Army.

4. Sersan Grace, 4th Georgia Infantry

9 May 1864, merupakan hari terjadinya tembakan yang spetakuler di era tersebut. Saat Battle of Spotsylvania tersebut berlangsung, sersan Grace berhasil menembak salah satu perwira dari Union Army dengan menggunakan senapan British Whitworth target rifle dengan jarak 733 m. Mayjen Sedgwick yang menjadi korbannya tersebut langsung tewas setalah berkata "why. they couldnt hit an elephant at this dist..." (bahkan dari jarak tersebut gajah pun tidak mungkin tertembak). Kejadian tersebut menyebabkan Jenderal Robert E. Lee memenangkan Battle of Spotsylvania.

5. Kapten John T. Metcalf, US Army Engineers

Kaliber 50 muzzle-loading rifle yang digunakan Kapten Metcalf ini mempunyai bobot 27 kg, dan telah berhasil menembak salah satu perwira Konfederasi dari jarak 1.666 m. Peluru tersebut membutuhkan waktu 5 detik untuk mencapai targetnya.

6. Tidak dikenal, tentara Konfederasi
19 September 1863, seorang sniper tentara Konfederasi dengan Whitworth 45 Caliber percussion rifle berhasil menembak mati Union General William H. Lytle, yang memimpin pihak Union saat perang itu terjadi, Battle of Chicamauga. Pada saat perang ini terjadi, tentara Konfederasi menjadi benar-benar tergantung oleh sniper ini, karena terbatasnya artileri berat yang dimiliki, namun sayangnya, di sisi selatan, saat perang lain berlangsung, para sniper tentara Konfederasi justru tidak menjadi pemain utama.

7. Alvin C. York, US Infantry

Jerman, 1918,dengan pangkat kopralnya, Alvin C. York dalam penyerangan Argonne-Meuse sebagai anggota 82nd division. Pletonnya menyadari bahwa mereka tidak akan mampu mengeliminir pos-pos senapan mesin milik Jerman dengan serangan frontal dan memutuskan untuk melakukan penyerangan dari belakang (memutar) agar pasukan bantuan sekutu lainnya dapat merangsek masuk. Setelah penyerangan tersebut, perwira dan prajurit-prajurit banyak yang tewas dan terluka, saat itulah Alvin mengambil perannya dalam melawan musuh sendirian, ia berhasil membunuh 25 orang tentara Jerman, 35 senapan mesin, danmenangkap 132 tahanan, SINGLE-HANDED!

8. Simo Hayha, 34th Infantry Regiment, Finland

Seseorang yang pekerjaan aslinya adalah petani, yang kemudian bergabung dengan 34th Infantry Regiment, merupakan salah satu sniper yang paling ditakuti di era 1939-1940, saat invasi Uni Soviet ke Finlandia. Senjata yang digunakannya hanyalah Mosin-Nagant iron sighted Model 28. Meskipun demikian ia tercatat telah membunuh 505 TENTARA RUSIA DALAM WAKTU 3 BULAN, DAN HINGGA SAAT INI BELUM TERKALAHKAN OLEH SNIPER MANAPUN (bahkan beberapa sumber lain mengatakan 542 orang tentara Rusia). Invasi Uni Soviet ini menjadi pelajaran penting bagi mereka untuk berpikir dua kali menghadapi bangsa seperti Finlandia, dari 1.500.000 tentara yang dikirim, Uni Soviet kehilangan 1.000.000 tentaranya, sedangkan Finlandia hanya kehilangan 25.000 tentara. "The Rifles of The White Death" meninggal pada 1 April 2002 diumur 96 tahun.

9. Sulo Kolkka, Finland

Selama 105 hari perang melawan penjajahan invasi Uni Soviet ke Finlandia, Sulo membunuh 400 lebih tentara Uni Soviet dengan menggunakan senjata yang sama dengan kompatriotnya, Simo, yaitu Mosin-Nagant. Taktiknya adalah menyerang dibelakang garis pertahanan musuh sehingga menimbulkan ketakutan dan frustasi yang lebih di pihak musuh (karena area ini seharusnya aman). Sulo juga menghabisi 200 tentara Soviet dengan menggunakan senapan mesin dalam satu rentang waktu yang sama. Ia akhirnya tewas setelah beberapa hari duel dengan tentara-tentara Soviet yang khusus dikirim untuk memburunya.

10. Chief Master Sergeant Vasily Zaitsev

Walaupun pada zamannya tidak banyak tentara Jerman yang mengenalnya, namun Tentara Rusia ini berhasil menebar ketakutan di kalangan musuh. Vasily tercatat telah membunuh 242 tentara Jerman selama periode akhir 1942 penyerangan di Stalingrad. Perhitungan akhirnya sebanyak 400 orang hingga akhir masa pengabdiannya saat Perang Dunia ke-II. Efeknya pada sejarah peperangan mungkin hanya bisa diterka-terka, namun yang jelas ia berhasil memengaruhi cara musuhnya beroperasi, ketakutan yang ditebarnya benar-benar dapat melumpuhkan mental, karena tidak ada ketakutan yang lebih besar daripada mati ditembak tiba-tiba saat sedang tidak melakukan apapun, ia tidak terlihat, tapi ia pasti ada di suatu tempat, tidak perlu bersusah payah untuk mencarinya, angkat sedikit kepalamu dari tembok tempat kamu bersembunyi untuk tiket langsung menemui Penciptamu.

11. Carlos N. Hathcock II, U.S. Marine Corps 93

Nama ini merupakan sosok legendaris sniper modern Amerika Serikat. Pengalaman ia dan rekan-rekannya saat perang Vietnam berlangsung menjadi landasan bagi Amerika untuk terus mengembangkan teknologi para sniper-nya. Namanya selalu disebut-sebut dimanapun tempat para sniper berlatih di Amerika Serikat. Setelah pensiun dari U.S. Army, ia menjadi pelatih sniper untuk para penegak hukum di AS. Ia bersama partner-nya John Burke pernah menghabisi 1 kompi National Vietcong Army (NVA) selama lima hari. Mereka berdua bekerjasama memosisikan musuh agar memiliki ruang gerak yang sangat sempit, lalu menghabisinya satu per satu. Pada hari kelima, mereka baru meminta bantuan artileri untuk menghabiskan setiap tentara yang masih hidup.

Rekor terjauhnya diperoleh dengan 50 BMG (Browning Machine Gun) Telescopic sight. Ia menjadi salah satu orang yang mendayagunakan senapan mesin Browning untuk keperluan menembak jitu. Keberhasilannya ini menjadikan kaliber 50 sebagai senjata yang biasa digunakan sebagai anti-personnel dan anti-equipment dalam peralatan sniper. Ia juga pernah MERANGKAK SEJAUH 1.000 YARD (917 m) SELAMA 4 HARI untuk membunuh seorang jenderal Vietnam. Dibawah tekanan ketakutan akan tercium oleh patroli ****** pelacak, ia hanya bermodalkan sebotol air minum. Ia berhasil membunuh jenderal tersebut dari jarak 700 yard (642 m). Kesuksesan ini membuktikan ia tidak hanya memiliki skill seorang penembak, tetapi juga kemampuan di lapangan. Ia pernah menyelamatkan sesama U.S. Marines yang terperangkap di dalam kendaraan AMTRAC yang menyebabkan sebagian besar tubuhnya juga ikut terbakar. Luka yang dideritanya tidak membuatnya menyerah, ia tetap melatih dan membina para sniper di ketentaraan ataupun kepolisian.

12. Gary Gordon dan Randy Shughart, Delta Force's C Squadron

Mereka berdua pernah terlibat dalam penyelamatan yang paling dramatis, yaitu pada 3 Oktober 1993, saat helikopter yang ditumpangi oleh perwira senior Michael Durant berhasil ditembak jatuh oleh tentara Somalia saat misi penangkapan Jenderal Mohammed Farah Aidid dilaksanakan oleh tentara AS dan SOCOM'S Delta Force. Gordon, Shugart, dan seorang pilot yang saat itu sedang terbang di dekat helikopter Durant yang terjatuh langsung memutuskan untuk membantu mengevakuasi Durant, meskipun areal itu dipenuhi musuh. Pilot, Geoffena, membantu mereka dengan menciptakan kamuflase dengan cara menembakkan senapan mesin helikopter ke tanah dari ketinggian hanya 2 meter, sehingga areal tersebut tertutupi dengan debu. Gordon dan Shugart turun dan mulai mencari reruntuhan helikopter Durant, dengan panduan tanda dari Geoffena. Tentara musuh ternyata menemukan Durant lebih dulu, dan ia membalasnya dengan senapan MP-5 nya, langsung saja itu menjadi sinyal bagi Gordon dan Shugart akan keberadaan Durant. Gordon lalu tertembak, dan Randy berlari ketempat Durant dan menanyakan apakah ada senjata lagi yang tersisa, seraya ia memberikan senjata Gordon (karena Gordon terluka parah) kepada Durant. Randy melakukan panggilan darurat, dan setelah itu tentara Somalia makin banyak berdatangan, dan sesaat mereka bertahan, lalu tiba-tiba tentara-tentara Somalia yang tadinya hanya membabi buta mengorganisir serangannya menjadi serangan brutal terarah selama satu menit. Yang tersisa setelah itu adalah kontak radio yang dilakukan Geoffena:
"Indigenous personnel moving around the second crash site. Over" ("Penduduk lokal/tentara musuh mendekat di sekitar reruntuhan kedua.ganti")
"Indigenous?. Over" ("Penduduk asli? ganti")
"Affirmative. Over" ("ya, penduduk asli. ganti")

Hanya itu.
Merka tertangkap dan ditahan. Durant adalah satu-satunya yang selamat. CIA dikabarkan bernegosiasi untuk mendapatkan jasad Gordon dan Shugart. Dari keduanya, mayat Gordon dikembalikan dalam keadaan terpotong-potong dalam sebuah kantung plastik di depan markas AS di Somalia. Satu hal yang paling dikagumi kerabat-kerabat mereka adalah ketenangan dan kematangan mental saat menghadapi situasi segawat apapun. Geoffena bahkan berkomentar "Siapapun dengan akal sehatnya tidak akan memutuskan untuk turun dan melakukan hal yang sama (yang dilakukan Gordon dan Shugart)"

0 Comments:

Posting Komentar