November 19, 2008

Soedirman, Panglima Besar yang Berprinsip

Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, begitu kata pepatah. Namun kenyataannya, tawuran akhir-akhir ini sepertinya telah menjadi ”gaya” hidup sebagian rakyat Indonesia (tawuran antarwarga, tawuran pelajar, bahkan tawuran antarkelompok penegak hukum). Dari pada tawuran, lebih baik kita teladani Pak Dirman, yang berprinsip, mencintai rakyat, bijak dan teguh.

Berprinsip
” … perjuangan kita harus didasarkan pada kesucian,” demikian yang disampaikan Pak Dirman dalam pidato pelantikan beliau menjadi Panglima Besar. Prinsip yang mencerminkan sikap jujur, adil, dan dapat dipercaya tersebut beliau pegang teguh dalam setiap tindakan yang beliau ambil.
Misalnya saja, setelah menandatangani persetujuan gencatan senjata dengan Belanda, Jendral Sudirman menghormati semua aspek yang telah disetujui kedua belah pihak, walaupun perjanjian tersebut ternyata banyak merugikan negara Indonesia.
Dengan prinsipnya tersebut, beliau juga menenangkan pasukannya untuk mengambil sikap bijaksana. Ternyata, pihak musuhlah yang lebih dulu melanggar gencatan senjata yang telah disepakati, dengan melaksanakan Agresi II.
Mencintai rakyat
Kecintaan Pak Dirman pada Rakyat telah terbentuk jauh sebelum beliau menjadi pemimpin bangsa. Dengan pengetahuan, tenaga, kemampuan yang dimiliki, Soedirman muda yang waktu itu sudah menjadi tokoh masyarakat setempat berupaya membantu rakyat tidak hanya dalam bidang pendidikan (mengajar di sekolah rakyat), tapi juga dalam hal kepemimpinan (melalui organisasi pandu yang beliau pimpin), dan ekonomi (melalui kegiatan koperasi yang beliau rintis).
Kecintaan pada rakyat terus berlanjut ketika beliau memasuki masa dinas ketentaraan. Jendral Soedirman sadar bahwa rakyat pada awal berdirinya Republik Indonesia banyak mengalami tekanan baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Beliau juga paham bahwa Tentara Republik Indonesia tidak bisa berjuang sendirian untuk membangun bangsa.
Untuk itu Pak Dirman dan pasukan berjuang untuk dan bersama rakyat. Perjuangan rakyat yang pada awalnya cenderung terkotak-kotak berdasarkan idealisme dan kedaerahan dihimbau untuk bersatu melawan musuh yang ingin kembali bertakhta, sambil berupaya terus membangun bangsa walaupun dengan sarana yang terbatas.

Bijak
Seperti layaknya seorang pemimpin besar, Pak Dirman terkenal sebagai sosok pemimpin yang bijak, baik dalam berkata-kata maupun dalam bertindak. Ketika Presiden Soekarno memerintahkan Jendral Soedirman dan Pasukan untuk ”mundur” sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Renville, sang jendral tidak langsung protes.
Dengan saksama Jendral Soedirman memikirkan cara terbaik untuk menjalankan perintah tersebut tanpa mematahkan semangat anak buah yang mungkin saja merasa harga diri mereka terinjak-injak karena harus mundur.
Kemudian, sang pemimpin besar memerintahkan anak buahnya dengan kata-kata yang bijak namun tegas untuk ”hijrah” dari garis belakang pasukan Van Mook. Masa ”hijrah” ini digunakan Jendral Besar Soedirman dan pasukannya untuk membangun strategi dan menyusun kekuatan yang lebih besar.

Teguh
Keteguhan hati Pak Dirman sudah terlihat sejak masa beliau aktif di kepanduan. Pada suat kegiatan kepanduan di padang terbuka di daerah pegunungan, banyak peserta yang menyerah pada hawa dingin dan bergegas pulang.
Tidak demikian dengan Soedirman muda yang teguh bertahan di medan yang dingin untuk menyelesaikan tugas yang telah dibebankan kepadanya.
Keteguhan ini juga diperlihatkan beliau pada masa bergerilya. Walaupun kondisi fisik lemah, Jendral Soedirman tetap teguh mendampingi pasukannya di lapangan untuk menyusun kekuatan mengusir musuh.
Keteguhan ini merupakan salah satu kualitas yang membuat berbagai pihak hormat dan percaya kepada pemimpin bangsa yang satu ini.
Perjuangan Jendral Besar Soedirman menunjukkan bahwa prinsip, kecintaan pada rakyat, sikap bijak, dan keteguhan hati yang senantiasa dilandaskan pada niat yang suci merupakan landasan penting dalam bertindak.
Nah, dari pada menunggu orang lain untuk berubah, lebih baik kita mulai saja dari diri sendiri untuk bertindak berlandaskan niat suci tersebut guna membangun Indonesia tercinta.

Berikut Pidato Panglima Sudirman yang di tujukan kepada seluruh Rakyat Indonesia.

Lawan Imperialisme dan Kapitalisme!

Tulisan ini adalah Amanat Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam malam ta’aruf Muhammadiyah. Namun, dalam tulisan ini tidak ada keterangan tentang waktu, tempat dan di mana amanat ini disampaikan. Amanat ini telah di muat di Suara Muhammadiyah edisi bulan Juli 1946. Beliau adalah salah satu tokoh kepanduan Muhammadiyah - Hizbul Wathon. Sumbangsih beliau terhadap negara ini sangat besar, untuk itu sudah sepatutnya kita renungkan bersama apa yang disampaikan oleh beliau. Walaupun amanat ini disampaikan kepada warga Muhammadiyah, kiranya amanat beliau ditujukan pula bagi seluruh anak bangsa ini.

Assalamu’alaikum wr. wb.
Merdeka!

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Murah lagi Maha Asih tetap memberi perlindungan, petunjuk serta kekuatan pada hamba-Nya yang terus menerus sama melakukan kewajiban, membela serta mempertahankan Kedaulatan dan Kemerdekaan negara Republik Indonesia.

Saudara Pemimpin dan hadirin sekalian yang terhormat.
Kami, mengucapkan syukur dan gembira dalam saat yang sangat genting-penting ini, pergerakan Islam Muhammadiyah dapat menyelenggarakan pertemuan silaturahim yang sangat penting artinya, dalam suasana perjuangan kemerdekaan yang sangat memuncak ini. Kami percaya dan yakin, bahwa, segala keputusan yang diambil dalam pertemuan selama ini akan sangat besar faedah dan gunanya, untuk menambah dan memperkuat bekal perjuangan kemerdekaan dan selanjutnya langkah serta amalan Muhammadiyah dapat disesuaikan dengan jalannya perjuangan pada dewasa ini.

Saudara-saudara sekalian !
Suasana politik yang meliputi negara dan bangsa kita dan yang akan menentukan nasib negara serta Bangsa Indonesia, untuk berabad-abad lamanya, telah sampai pada puncaknya. Naskah rencana persetujuan Indonesia – Belanda telah di paraf dan disiarkan. Kita sekalian masih harus menunggu keputusan dari Badan Perwakilan Rakyat, yang berkewajiban merundingkan dan menentukan sikapnya terhadap naskah persetujuan itu. Dapat diterima atau tidak. Sementara waktu lagi sidang K.N.I pusat pleno yang merupakan Badan Perwakilan Rakyat segera diadakan, untuk menentukan sikaptnya terhadap naskah persetujuan tersebut. Dalam pada itu tiap-tiap partaipun sama menyelenggarakan pertemuan, untuk menentukan sikapnya terhadap naskah persetujuan Indonesia – Belanda. Sekarang timbul pertanyaan: Apakah kewajiban kita sekalian selama belum ada ketentuan yang nyata dari naskah persetujuan Indonesia – Belanda itu?

Saudara-saudara sekalian !
Perjuangan kita bangsa Indonesia masih akan lama. Perjuangan kita harus terus sampai maksud kemerdekaan Kesatuan Republik Indonesia tercapai. Maka di samping K.N.I Pusat pleno, dan partai-partai seluruhnya akan dan atau sedang membicarakan naskah perjuangan itu, kita sekalian yang turut bertanggungjawab atas keselamatan dan kesejahteraan negara serta Bangsa Indonesia tidak boleh sekali-kali tinggal diam, duduk termenung, hanya memikirkan dan menunggu hasil keputusan K.N.I Pusat. Kita sekalian wajib memperkuat segala usaha lahir dan batin dalam segala lapangan, supaya setiap detik dapat siap-sedia dan cukup kuat menghadapi segala kemungkinan. Jangan sekali-kali hanya memikirkan diterima atau tidaknya naskah persetujuan itu. Marilah kita susun dan kita atur kembali, kita persatukan segala kekuatan yang ada di negara kita. Karena, andaikata naskah persetujuan itu diterima, belum berarti bahwa, perjuangan kita bangsa Indonesia telah selesai. Karena kita masih harus terus berjuang sampai akhirnya kemerdekaan kesatuan Negara Republik Indonesia dapat kita miliki. Sebaliknya, andaikata naskah persetujuan itu ditolak, jelas bagi kita sekalian, kemungkinan apa yang mesti dihadapi dan dipikul oleh Bangsa Indonesia seluruhnya.

Saudara-saudara sekalian!
Dalam meneruskan perjuangan kita yang benar-benar berdasarkan hak dan keadilan itu, kita sekalian harus teguh, awas, hati-hati dan waspada! Karena, sekali lupa, selamanya tetap kita akan menderita. Kita sekalian harus sadar dan ingat bahwa, di atas bumi ini masih terdapat golongan imperialis dan kapitalis, ialah golongan angkara murka. Usaha untuk melenyapkan golongan imperialis dan kapitalis telah dijalankan berabad-abad lamanya dengan sekuat tenaga oleh beberapa golongan bangsa di atas dunia ini. Bahkan, sesudah selesainya Perang Dunia yang kedua. Usaha semacam itu dikuatkan oleh Negara-negara Serikat yang tergabung dalam U.N.O, tetapi ternyata sifat dan tabiat imperialistis dan kapitalistis itu belum dapat diberantas, belum dapat dilenyapkan dari muka bumi. Sesungguhnya golongan imperialis dan kapitalis itulah yang membuat kekacauan di atas bumi, membuat permusuhan di antara golongan bangsa satu dengan lainnya. Bahkan, lebih tegas lagi jika dikatakan bahwa, golongan itulah yang menyebabkan peperangan di atas dunia. Untuk kepentingan golongannya sendiri, golongan imperialis dan kapitalis itu tidak takut malu dan tidak takut dosa. Malahan, jika perlu sanggup pula mengorbankan perasaan dan kehormatannya. Kita doakan, mudah-mudahan Dewan Keamanan U.N.O (maksudnya Dewan Keamanan PBB – red), yang sedang berusaha mengadakan perdamaian di atas dunia ini, tidak akan membiarkan hidup-tumbuhnya golongan imperialis dan kapitalis itu. Karena, selama di atas bumi ini masih terdapat golongan imperialis dan kapitalis, maka selama itu pulalah akan timbul kekacauan dan bencana di atas dunia.

Dengan lenyapnya dua macam golongan angkara murka itu, tercapailah adanya Atlantic- Charter yang didengung-dengungkan keseluruh dunia, ialah tiap-tiap golongan bangsa di atas dunia ini berhak menentukan dan mengatur kedudukan dan nasibnya sendiri-sendiri. Maka bangsa Indonesia seluruhnya wajib menyokong tiap-tiap usaha dari siapa pun juga yang akan melenyapkan imperialis dan kapitalis itu, dari muka bumi ini, supaya segera terlaksana dunia aman, damai, adil dan makmur. Bagi umat Islam usaha semacam itu tidak asing lagi, karena, Tuhan telah memerintahkan supaya orang-orang yang beriman sama berusaha sekuat-kuatnya melenyapkan sifat angkara murka dan barang yang munkar. Maka, eratkan, kuatkan dan buktikan persatuan serta perhubungan kita bersama, supaya pertahanan kita seluruhnya dapat kuat dan insya Allah perjuangan kemerdekaan kita sebulat-bulatnya akan tercapai. Dalam melakukan pertahanan dan perjuangan harus ada satu pimpinan (satu komando) yang nyata. Perjuangan kita akan lama dan pengalaman-pengalaman yang sudah-sudah telah membuktikan bahwa, dengan tidak adanya satu komando itu, kita sekalian menderita kerugian yang tidak sedikit. Seterusnya pertahanan dan perjuangan kita bangsa Indonesia harus teratur baik dan tidak boleh dilupakan wajib berdasarkan kesucian, kebenaran dan keadilan.

Saudara-saudara sekalian!
Kita bangsa Indonesia seluruhnya sebagai suatu bangsa yang telah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 harus tetap teguh memegang pendirian dan menetapi sumpah bersama. Insyaf, ingat dan ikutilah semboyan-semboyan dari Kepala Negara kita Boeng Karno, selaku amanat yang di antaranya perlu kami tegaskan, dalam pertemuan taaruf ini: Lebih Baik Hidup Sebagai Burung Elang Rajawani Di Gunung Yang Tandus dan Mencari Sebutir Beras Sendiri, Tetapi Hidup Bebas dan Merdeka. Amanat semboyan Kepala Negara yang masih hangat sekali, diucapkan dalam salah satu kongres Pemuda yang baru-baru ini terjadi; Lebih Baik Makan Batu, Daripada Dijajah Kembali. Amanat dua buah semboyan inilah yang harus dijadikan bekal perjuangan rakyat dan bangsa Indonesia selama-lamanya. Sebagai muslim, tiap-tiap perintah dari pimpinan yang berdasarkan kebenaran dan keadilan wajib diamalkan sebagaimana mestinya.

Saudara-saudara sekalian!
Sekali lagi kami ulangi, bahwa, perjuangan kita bangsa Indonesia telah sampai pada puncaknya. Sementara beberapa hari lagi tentu kita sekalian akan menerima perintah yang manis atau pahit. Kami percaya dan yakin bahwa, tiap-tiap perintah manis atau pahit yang berdasarkan hak akan diterima oleh segenap umat Islam dengan ucapan “Sami’na wa ato’na”, dan dengan rasa syukur serta gembira.

Saudara-saudara anggota serta keluarga Muhammadiyah seluruhnya!
Amalkan semua keputusan yang telah saudara tentukan bersama dan sebagai bekal perjuangan umat Islam seterusnya, kami sampaikan firman Allah dalam Q.s. Taubat ayat 44 dan 45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.” Dan “Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”

Saudara pimpinan dan saudara-saudara sekalian yang terhormat!
Akhirnya kami serukan: Kuatkan persatuan kita. Pegang teguh pendirian kita. Berjuang terus di bawah satu komando, mewujudkan dan mempertahankan kedaulatan serta kemerdekaan Negara Republik Indonesia, supaya kita dapat syukur dan gembira yang abadi.

Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!
Sekali Diproklamirkan, Tetap Kita Pertahankan!
Wassalam, Merdeka!

1 Comments:

Cara pemesanan M-Bio Porasi mengatakan...

thanks for the post, I really need it this time

Posting Komentar